Pangururan – Hutatinggi – Sidihoni

Keterdapatan seri endapan sedimen danau dengan ketebalan hingga puluhan meter yang menempati hampir dua pertiga permukaan pulau Samosir, mencirikan bahwa daerah ini sebelumnya merupakan dasar danau yang kemudian terangkat kepermukaan. Dalam konsep geo-volkanologi fenomena ini dikenal sebagai manifestasi dari ‘resurgent doming’, yaitu suatu pengangkatan dasar kawah atau kaldera sebagai akibat dari desakan magma dalam proses pencapaian kesetimbangan baru pasca- erupsi. Endapan danau yang terdapat di Pulau Samosir umumnya tersusun oleh runtuhan atau rombakan batuan volkanik yang berlapis baik, disertai oleh keterdapatan fragmen-fragmen batuan dasar yang terdiri dari batuan meta-sedimen, pluton dan volkanik yang terbongkar akibat erupsi kaldera atau ‘super-volcano’ yang terjadi 74.000 tahun yang lalu.

Pada bagian-bagian tertentu dari susunan endapan ini, terutama yang berasosiasi dengan endapan abu volkanik (tuf) yang sangat halus, dijumpai endapan yang mengandung fosil ganggang (diatom) dan kadang-kadang ditemukan juga fosil daun yang tersisip diantaranya. Sebaran endapam ini cukup luas, sehingga dengan mudah dikenali, atau dikenal dengan sebutan ‘tanah diatom’. Keterdapatan fosil ganggang dalam endapan yang cukup tebal ( 2 m) seperti tersebut di atas, mengindikasikan bahwa kualitas lingkungan dan juga air yang terdapat dalam Danau Toba adalah sangat sesuai dengan pertumbuhan ganggang tersebut pada masa lalu.

Terdapat beberapa sekuen endapan danau yang dapat diikuti dengan baik, dengan urutan sebagai berikut, endapan runtuhan (debris), breksi volkanik dan konglomerat, ditutupi oleh pasir tufaan berlapis tipis (laminar) dan lumpur dengan tebal lebih dari 30 m, lempung/tanah diatom, diatomit yang hampir murni dan abu volkanik (Ruttner, 1935; Marel, 1947, van Bemmelen, 1970; Yokoyama dan Hehanussa, 1981).

Hutatinggi-1, Diatomite-Lacustrine Deposite

Singkapan endapan danau berbutir halus (lempungan), merupakan bangian endapan danau peling atas, memperlihatkan laminasi tipis dengan perselingan endapan berwarna abu-abu gelap hingga putih, dengan sisipan endapan yang mengandung oksida besi (limonitan)

Hutatinggi-2, Lacustrine Deposite Sequence

Satuan endapan danau yang terdiri dari material piroklastika berselang-seling berukuran kerikil-kerakalan hingga lanau-pasiran, semua mencerminkan endapan air tenang (tanpa arus traksi) yang berkaitan dengan dinamika erupsi yang terjadi pada saat itu. Terdapat struktur patahan normal-bertangga, diperkirakan berhubungan dengan dinamika tektonik lokal dan gaya tarik ekstensional yang berlangsung dikawasan ini pasca-pengendapan material tersebut di atas

Hutatinggi-3, Debris Flow Deposite

Endapan runtuhan (debris) terpilah buruk, tersusun oleh bongkah dan pecahan batuan dasar (sabak dan serpih) dan batuan volkanik dalam masa dasar endapan volkanik klastik (bawah)

Hutatinggi-3, Debris Flow Deposite

Panorama Danau Sidihoni, pada ketinggian 1300 m terbentuk pada endapan danau pasca-pengangkatan dan pembentukan P. Samosir (atas dan tengah). Danau Sidihoni merupakan sistem cekungan yang terbentuk akibat pola patahan lokal yang terdapat di P. Samosir akibat kegiatan tektonik pasca pengangkatan dasar danau (kaldera). Panorama bentangalam danau Aek Natonang (+ 1600 m), merupakan danau tektonik dengan elevasi tertinggi di pulau Samosir (bawah). Bentang alam yang fenomenal ini mewakili salah satu keistimewaan dan keunikan kawasan Kaldera Toba, yaitu ‘danau (Sidihoni dan Aek Natonang) di atas danau (Toba) dan pulau (Samosir) di atas pulau (Sumatra)